Sejarah perkembangan antropologi
Sejarah perkembangan antropologi dapat dibagi menjadi empat fase utama.
- Fase pertama (sebelum 1800): Pada fase ini, bangsa Eropa Barat melakukan perjalanan ke Afrika, Asia, dan Amerika yang mengakibatkan terkumpulnya tulisan dari para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah, dan pegawai pemerintah jajahan. Tulisan-tulisan ini berisi deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, dan ciri-ciri fisik berbagai suku bangsa. Bahan deskripsi ini disebut "etnografi", namun deskripsi tersebut tidak jelas sehingga menimbulkan tiga sikap yang bertentangan di kalangan terpelajar Eropa. Sikap-sikap tersebut yaitu:
- Ada yang menganggap bangsa-bangsa tersebut bukan manusia sebenarnya, melainkan liar dan keturunan iblis.
- Ada yang menganggap masyarakat bangsa-bangsa itu sebagai contoh masyarakat murni.
- Ada yang tertarik pada adat istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa tersebut. Pada permulaan abad ke-19, perhatian pada himpunan pengetahuan mengenai masyarakat, adat istiadat, dan ciri-ciri fisik bangsa sangat besar sehingga timbul usaha pertama untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tersebut.
- Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke-19): Integrasi yang sungguh-sungguh baru timbul pada pertengahan abad ke-19. Etnografi disusun berdasarkan cara berpikir evolusi manusia. Pada fase ini, antropologi menjadi ilmu yang akademikal dan dipelajari di universitas. Tujuan utamanya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif untuk memahami tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan penyebaran kebudayaan manusia.
- Fase ketiga (permulaan abad ke-20): Pada fase ini, negara-negara di Eropa Barat banyak mempelajari kebudayaan dari negara jajahannya. Antropologi menjadi ilmu yang praktis, mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial dan untuk mendapatkan pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
- Fase keempat (sesudah kira-kira 1930): Antropologi mengalami perkembangan pesat dalam fase ini, baik dari segi bahan pengetahuan, hal yang diteliti, maupun metodenya. Terdapat dua perubahan penting di dunia: timbulnya antipati terhadap kolonialisme setelah Perang Dunia II dan cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif. Hal ini mendorong antropologi untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan pokok tujuan baru. Tidak lagi hanya suku bangsa primitif, tetapi juga daerah pedesaan yang ditinjau dari sudut keberagaman fisik, masyarakat, serta kebudayaannya. Dalam fase ini, antropologi memiliki dua tujuan, yaitu akademis dan praktis. Tujuan akademis adalah mencapai pengertian tentang manusia secara umum dengan mempelajari keberagaman bentuk fisik, masyarakat, serta kebudayaannya, sedangkan tujuan praktis adalah mempelajari keberagaman manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa untuk pengembangan masyarakat suku bangsa tersebut.
Perkembangan antropologi juga dipengaruhi oleh perbedaan di berbagai pusat ilmiah:
- Di Amerika Serikat, antropologi telah mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari fase pertama, kedua, dan ketiga, ditambah dengan berbagai spesialisasi untuk mencapai pemahaman tentang dasar keragaman bentuk masyarakat.
- Di Inggris, setelah berkurangnya jajahan Inggris, para sarjana mulai memperhatikan masalah yang lebih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan pada umumnya. Metode yang dikembangkan di Amerika Serikat juga mulai memengaruhi penelitian antropologi di Inggris.
- Di Eropa Tengah, antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk memahami sejarah penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi, meskipun pengaruh antropologi dari Amerika mulai berkembang pada generasi muda.
- Di Eropa Utara, antropologi berkembang sebagai sifat akademikal dengan kekhususan pada penelitian kebudayaan suku bangsa Eskimo.
- Di Uni Soviet, antropologi didasarkan pada konsep Karl Marx dan Frederick Engels mengenai tingkat evolusi manusia. Ilmu ini menunjukkan bidang yang praktis, mengumpulkan bahan tentang keberagaman bentuk masyarakat dan kebudayaan dari suku bangsa yang merupakan penduduk wilayah Uni Soviet untuk mengembangkan saling pengertian antar suku bangsa.
- Di negara bekas jajahan Inggris, seperti India, antropologi dan sosiologi telah menjadi ilmu sosial yang baru.
- Di Indonesia, antropologi bersama sosiologi dapat memberikan bantuan dalam memecahkan masalah kemasyarakatan dan perencanaan pembangunan nasional.
Selain itu, terdapat perbedaan istilah yang sering didengar dalam antropologi, seperti etnografi, etnologi, volkerkunde, kulturkunde, anthrophology, cultural anthropology, dan social anthrophology:
- Etnografi berarti "pelukisan tentang bangsa-bangsa" dan digunakan untuk menyebut bagian dari antropologi yang bersifat deskriptif.
- Etnologi berarti "ilmu bangsa-bangsa" dan digunakan untuk menyebut bagian dari antropologi yang mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
- Volkerkunde dan kulturkunde memiliki arti yang sama dengan etnologi.
- Antropologi dahulu digunakan untuk "ilmu tentang ciri tubuh manusia", tetapi sekarang berarti ilmu tentang ras-ras manusia dari ciri-ciri fisiknya.
- Cultural anthropology digunakan untuk menyebut bagian dari antropologi yang tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya dan sekarang dipakai sebagai "antropologi budaya".
- Social anthropology dipakai di Inggris untuk menyebut antropologi dalam fase ketiga sebagai lawan dari etnologi.
Tidak ada komentar